Tipe orang yang harus (saya) hindari/jauhi terutama online.

Termasuk bekas teman dekat

Windyasari Septriani
3 min readSep 7, 2024
  • Teman dekat dulu, tapi masih aja suka menghina apa-apa yang diperintahkanNya. Walaupun tidak serta merta berarti membenci agama tertentu, tapi karena dia tidak/belum bisa menjalani full bahkan hampir tidak sama sekali perintahNya dan bahkan suka mendekati laranganNya (terlepas dari mualaf karena pernah menikah atau bukan, jadi pasti berat juga), akhirnya tak jarang kesal dengan aturan-aturanNya dan membeberkannya dengan terang-terangan, lagi dan lagi. Ini belum termasuk sifat-sifat red flag lainnya di luar hal tsb.
  • Sok akrab dan kepo ingin tahu kehidupan kita termasuk soal kegiatan dan pekerjaan pasangan. Bisa jadi kalau sesama ibu, dia ingin cari inspirasi, sesama ibu yang bekerja misalnya, tapi itu sangat tidak tepat, kecuali memang kitanya selama ini sering mengumbar di online. Bukan soal ‘toh beda bidang’, apapun bidangnya ya sama aja buat apa tanya-tanya. Berani karena kita terlihat ‘ramah’. Tapi tidak pernah ketemu juga. Padahal ramah sebagai manusia aja koq. Bukan kaya ngasih pakan lele.
  • Chat random (maksudnya ngga kenal sebagai teman, bukan teman, bukan rekan kerja), tapi juga ingin terlihat cerdas, dan berbobot walaupun kondisinya kalau dilihat tidak begitu. Memang (lagi-lagi) jika sesama ibu pasti sulit untuk mengejar ini itu, dan memang ngga harus juga. Tapi kadang begitu terasa ketika chat kenapa sering ingin terlihat pintar tapi ketika dilihat karyanya NOL BESAR. Mungkin belum ini itu karena asuh anak dan itu ngga masalah sama sekali, bahkan saya cenderung mengerti, tapi bingung aja gitu. Kenapa ngga diam saja, toh ngga kenal. Kenapa harus nyamber dan seperti ingin terlihat looks smart hingga beberapa kali. Kalau sekali bisa saja kita anggap ‘khilaf’ ngga sadar.
  • Influencer, orang yang followersnya banyak atau akun rame-rame, anonim tapi juga pembully, sering menghujat orang atau kelompok. Kalaupun jika dihitung ternyata ngga sering, tapi sekalinya komen seperti ingin mematikan orang.
  • Orang yang seperti terpengaruh gosip tanpa lihat benar-salah. Tanpa lihat perlakuan buruk dan baik. Hanya melihat dari sisi posisi, materi saja.
  • Orang yang manfaatin perjalanan karir kita (yang padahal bahkan jika karir kita ngga seberapa, jikapun mereka anggap ‘lumayan’ -minimal secara income misalnya- di situlah rawan dimanfaatin). Entah itu misal nempel terus sampe bisa dapet akses tertentu. Poin ini paling terkesan ‘baik’, tapi jika sampai beneran berhasil dapat dari hasil ‘nempel’ tsb, di saat kita ngga sadar, sedangkan kita benar-benar bergantung pada Allah selama bekerja, it’s not fair. Jadi networking itu pun ternyata harus saling-saling dan bahkan awal tindakan harus giving bukan take.
  • Orang yang bikin akun palsu lalu diam-diam mencoba menilik, membercandai, dll.

Mereka walau bagaimanapun entah gimana pasti ada saja tempat di hati orang lain, minimal keluarganya. Silakan nikmati saja, tapi tidak dengan saya, tidak lagi. Memang ada kalanya works jika saya edukasi seperti lewat blog ini misalnya, tapi ngga semua akan bisa nerima atau peduli tentunya. Saya pun ada keluarga jadi agar saling tenang, lebih baik menjauh. Adapun kesalahan yang ‘pasti’ sifatnya, amannya memang di taraf ‘ngga cocok’ pun sudah menjauh.

Sampai sini sebetulnya jika kita berhasil menjauh akan membuat diri kita ini tenang (walaupun masih aja ini nulis blog begini), dan tidak ada urusan lagi. Jadi saya berharap mungkin mereka punya wadahnya masing-masing (biasanya dengan keluarganya minimal), tapi tidak dengan kita, walaupun misal hanya sebagai follower yang tidak kita folback, tetep jangan.

--

--

Windyasari Septriani

Product & Web Designer, mother of 2, Prev Depict.ai, mainteny.com, Bukalapak - ig @infodkv & tanyajawab_ux