What I learned after 40 about life & work

Life begins at 40 because you realise about everything

Windyasari Septriani
9 min readSep 12, 2024
Photo by Namroud Gorguis on Unsplash

Terinspirasi dari postingan blog-blog soal tema ‘Life Lesson after 40’. Kalau digoogling banyak banget. Tapi ini contoh yang ada di industri design tech tahun ini:

Yah, mereka memang seumur saya sih 😁

  1. Keluarga adalah segalanya, itu jelas. Saat saya tahu kakak ku nemu buku catatan mendiang bapakku dulu, bahwa beliau pernah punya target menikah di usia sekian, saat itu juga saya mengikuti dan tercapai. Selain dipicu dengan alasan supaya lebih menjaga kesehatan reproduksi sebagai perempuan. Ini bukan untuk mendiskreditkan yang belum menikah ya, karena belum atau ngga mau itu beda. Kalau belum, ya kita hargai takdirNya.
  2. Teman-teman, percintaan sebelum nikah, yang kita kira segalanya akan sebentar banget sifatnya, no mattter how fun and how hurt it is. Dan bukan jadi tumpuan the source of truth and life seperti di film-film. Pernah kecewa karena pertemanan dan percintaan beda sama film, dasar aku anak kecil, ya iyalah beda.
  3. Apapun perlakuan/omongan orang tua di masa lalu apalagi boomer, maklumi aja. Jangan dijadiin trauma atau dendam kecuali emang keterlaluan dan terus-terusan sih, misal hingga mirip kriminal dan tampak benci. Qodarulloh kedua orang tua saya tiada sejak SMP, jadi yang ada omongan-omongan yang misal ngga dianjurkan dalam parenting zaman sekarang itu ngga saya ambil pusing, bahkan rindu. Sampai saya bingung kenapa orang bisa anggap ortu itu toxic. Ada koq di post dakwah soal ‘pemakluman’ terhadap orang tua saking kita harus berbakti. Dan tentu sebagai orang tua zaman sekarang kalau tau itu salah jangan diikuti.
  4. Skill teknis yang sekiranya sifatnya life-time itu penting. Dalam karir menjadi atau tetep bisa jadi IC (individual contributor) diperlukan ketika kita udah mode kerja ‘pensiun dini’ dan berkeluarga. Kecuali masih single, mungkin no problem untuk gas terus. Tentu sesuaikan dengan prioritas hidup, misal ibadah, belajar Islam, manfaat untuk sekitar.
  5. Never stop learning, makin berumur makin siap otakmu menyerap pelajaran apalagi jika sesuai passion atau masih sesuai bakat. Yang menurun hanya fisik aja. Itupun bisa ditunjang dengan olahraga dan jaga atur makan misal dengan intermittent fasting, selain bisa nurunin BB, bisa nguatin lambung tuh.
  6. Menjadi designer itu akan banyak hal tak terduga dan ketidakpastian. Ups and downs dan job security-nya ada pada skill, bukan benefit perusahaan. Saya terinspirasi dari bukunya Rene Suhardono “Your Job Is Not Your Career” dan sebundle dengan buku “Career Snippet”
  7. Islam sebetulnya banyak mengajari saya tanpa harus jadi 40 dulu. Misal ilmu tawakkal, bahwa sebagai manusia wajib ikhtiar tapi untuk hasil kita berserah pada Allah. Artinya itu ngga akan bikin kita iri dan kesal dengan pencapaian orang lain. Apalagi kalau prioritasnya juga beda. Di tengah era serba digital itu penting ilmu tawakkal, baik agar tidak iri dan tidak juga malas atau mudah kecewa.
  8. Baik dengan terlalu baik itu beda. Terlalu baik bisa jadi jatuhnya bodoh, awalnya saya juga denial, tapi saya jadi tahu yakin kalau saya itu sempat bodoh nan polos. Hati-hati kalau kita ada kecenderungan sifat ‘Empath’. Kita akan cenderung dimanfaatkan. Betenya kalau jadi sasaran orang luar, ngga deket, temen pun nanggung, ngga termasuk.
  9. Mentoring itu bukan nyuapin. Boleh loyal dalam memberi ilmu bahkan sampe ilmu premium/daging dengan gratis atau murah. Tapi make sure bukan diminta, dikorek kitanya. Emang mau aja gitu. Itupun pastikan kitanya ridho dan memungkinkan, artinya kita tidak jadi repot dan rugi.
  10. Suka sharing hampir berbanding lurus dengan beresiko (atau malah justru bermanfaat?) untuk dilihat. Susah untuk pilih sharing tapi ngga mau terlihat (terlihat artinya bukan secara fisiknya saja tapi pemikiran kita dll juga). Tapi bisa aja ngga terlalu dilihat banget, asal sharingnya ngga diniatin jadi self-branding to the max. Kalau kaya gitu pasti jadinya dilihat banget. Tergantung apa kita nya nyaman seperti itu ngga (dilihat banget seluk beluknya). Kecuali sedang mengajar ya, layaknya guru dalam kelas, ya mau ngga mau terlihat. Tapi guru dan rockstar toh beda, gitu lho. Jadi kalau ngga suka sharing, enjoy aja sih, malah bagus jadi ngga cape pikiran. Asalkan bukan berarti kita malas aja dalam pekerjaan kita.
  11. Kita ngga bisa ngubah/edukasi semua orang apalagi konteksnya online. Paling bisanya jauhkan aja kalau memang ngga nyocok.
  12. Jauhkan/jaga jarak orang yang toxic, aneh sifatnya, merugikan/merepotkan apalagi kalau bukan keluarga. Tapi berusaha tetep baik sebisa mungkin. Apalagi kalau orangnya masih lingkup syari, ya sudah berusaha baik-baik saja tapi jangan dekat. Ngga worth. Tau toxic darimana? yang kita rasakan dan hasil diskusi dengan pasangan misalnya dan pendapat beberapa orang yang sampe berani speak up baik terang-terangan atau diam-diam mengeluhkan/ngebatin. Jadi bukan pendapat kita aja. Kecuali sudah berkali-kali menampakan keanehannya berarti sudah fix. Kadang ada kondisi ngga banyak orang tahu kan.
  13. Abaikan orang yang menjudge pindah-pindah perusahaan itu aneh. Padahal kalau designer apalagi di startup itu normal. Biarkan saja orang yang minim empati tsb.
  14. Ada masalah di kantor ngga selalu lebih baik jika dilaporkan ke atasan/rekan. Ngga helpful karena mereka juga ada kepentingan lain, belum lagi jika sibuk. Belum lagi kalau ternyata jadinya mendukung karena based on ras walaupun tadinya misal ngga ada masalah dengan atasannya. Intinya utamakan keluarga saja kalau untuk bahas-bahas dalam hidup. Masalah pekerjaan ngga ada yang peduli kalau di tempat kerja, tapi pernah works saat saya kerja remote sih. Entah karena remote atau orangnya bisa paham. Dan itu works! ya atur-atur aja liat-liat dulu orangnya (ada dibahas lagi di bawah no. 37).
  15. Networking itu bukan soal me, me, me, dapet apa nih? tapi soal giving dulu. Memupuk bisa aja dengan sering chat, tapi kalau intinya topik buat menyuapi diri lu sendiri ya jangan, kasian dong orang yang lagi dinetwork-nya. Saya ngalamin jadi yang dinetworknya, tentu soal bidang pekerjaan desain. Saya friendly dan seperti memberi pakan lele, jadinya kaya lagi nyuapin anak orang padahal dia ngga cacat, lebih ke males dan pengen ngorek-ngorek.
  16. Dalam Islam usia 40 memang sudah mulai diultimatum, diperingatkan agar jangan terlalu doyan duniawi dan lebih sering ingat akhirat. Tentu mungkin takaran duniawi orang bisa beda-beda porsinya.
  17. Temen sedikit itu justru gpp banget. Makin tua emang makin sibuk walaupun itu cuma urusan keluarga. Kalau kita sering mantengin socmed di era digital gini sih pasti tau juga soal itu. Makin lama keinginan untuk kumpul juga berkurang, ngga kaya waktu 30an. Saya masih rajin inisiatif untuk adain bukber sama teman geng waktu SMA.
  18. More giving than taking walaupun bukan soal networking, apalagi soal networking yang emang jelas kita ada butuhnya juga. Tapi terlepas itu saya masih lack of networking sih kalau soal dapetin kerja, masih andelin murni Allah aja. Ikhtiarnya murni dari internet random.
  19. Melamar di Linkedin Jobs hari gini kaya datengin robot. Jadi lebih baik di luar itu atau iseng aja klik sambil berharap pada Allah nanti ada yang nawarin sendiri atau nerima kita dari jalan lain. Kadang yang nyamperin kita malah lebih baik daripada yang kita datengin kalau lagi tech winter gini. Terlepas dari jadi ngga nya.
  20. Nulis buku dan belajar skill baru (misal kalau saya belajar bikin font handwriting), itu masih lebih light cape dan effort-nya daripada fokus jalani tangga karir di industri. Tapi ini konteksnya buku indie ya.
  21. Pikir kembali ketika kita mau ‘belajar/mencari tantangan baru’ yang lebih menantang (walau tentu biasanya tambah gaji walau ngga selalu gitu), hanya karena kerjaanmu zona nyaman banget dan padahal secara income, setidaknya buat dirimu pribadi udah lumayan. Karena industri startup itu banyak kejutan dan ngga stabil apalagi era tech winter gini. Tapi ingat di sisi lain pengalaman kerja yang lebih effort itu ngga cuma soal uangnya juga, ada value lain memang, asal bisa sesuaikan dengan sikon hidup.
  22. Yang benar-benar peduli dengan kerjaan, karir, pemasukan ya hanya diri kamu sendiri. Jika kamu loyal sebagai mentor, itu karena kamu aja beda dan mungkin bodoh. Nyatanya rata-rata orang itu agak pelit.
  23. Jangan abaikan reaksi tubuh ketika cape, ngga enak badan. Untuk mencegah sakit walau cuma flu, saat lelah upayakan istirahat langsung atau tidur, ketika agak lelah tapi masih harus running, asupan vitamin atau minuman rempah worth koq daripada nol sama sekali ngga ada tambahan. Ada saatnya kamu sadar bahwa begadang ngga bisa dijalani sering seperti waktu muda. Kecuali terpaksa, misal kaya saya kerja remote pernah sampe jam 00.30 sekali. Tapi setelah itu udah istirahat, tidur dan besoknya harus cukup istirahat. Normally saya sampe jam 11 malem lalu tidur langsung. Itupun hasil nego biar ngga kerja jam 7 malam–3 pagi lho gegara salah hitung time zone saya nya.
  24. Menulis 40 macam learned di usia 40 itu ngga semudah dan secepat itu ternyata, mungkin akan lebih cepat jika sudah 60.
  25. Kalau punya penyakit yang masih umum tapi sering kambuh mening atasi ke dokter deh gimana biar ngga sering kambuh. It works well, atas izin Allah ngebantu banget kita yang masih kerja dan berkeluarga, jangan dibiarkan even kita udah punya obatnya, karena ternyata ada obat-obat lain yang fungsinya mencegah.
  26. Jangan ngga mau sama sekali dengan olah raga. Walau belum bisa sering.
  27. Di awal usia 40, kamu akan lupa kalau kamu beneran udah 40.
  28. Masalah yang sering dialami anak muda itu komunikasi, bukan soal public speaking, tapi gimana nyampein sesuatu itu suka bingung. Ada baiknya saat masih muda pikirin ini mateng-mateng ketika ada masalah, tapi bukan untuk overthinking.
  29. Pada akhirnya, mungkin itulah kenapa ada istilah pensiun, kita ini akan ketemu mode pasrah, nerima tapi tetap rajin berusaha. Punya standar minimum okay aja sebagai bahan sedikit apresiasi terhadap diri. Toh, apalagi jika kita memang ada prioritas tertentu lainnya. Sama aja kan dengan pensiun walau itu pada umumnya artinya ngga kerja dan digaji atau dapet uang. Ada juga yang udah pensiun lalu dia tetap kerja tapi mode light. Nah.
  30. Kerja di big tech itu ngga harus, tapi kalau penasaran boleh dicoba (tapi saat ini lagi tech winter jadi harus ada perintilan lainnya mungkin untuk bersaing, belum lagi resiko PHK tetap ada sekarang sih), dan ngga harus terus-terusan juga kalau saya pribadi. Cuma beda di asuransi swasta, makan gratis (itupun ngga semua gitu, belum tentu enak juga, ada juga kantor kecil yang ngasih makan), video game (ngga semua orang main), uang dinas (artinya lu bakal dinas), kamar tidur kecil (siapa juga yang mau tidur di kantor), kantor yang instagrammable. Itu aja sih, bukan PNS lho beda.
  31. Jadilah bermanfaat tapi ingat jangan bablas jadi dimanfaatin.
  32. Tentukan apa yang kita suka untuk dijalani dan jalani serius (tentu setelah pertimbangan prioritas lainnya). Jadi kamu ngga akan banding-banding diri, selain karena ilmu tawakkal dan soal jangan hasad/iri dalam Islam.
  33. Orang yang tiba-tiba dateng udah lama ngga ketemu, bahkan setelah dijauhi di internet, lalu langsung add dan minta duit walau recehan apapun alasannya, udah pasti biasanya ngga bener, bukan shalihah dan bukan yang akan menguntungkan kamu. Ngga harus menguntungkan sih minimal ngga macem-macem. Tapi ngga lho, emang aneh orangnya atau menyebalkan (misal membenci aturan-aturanNya). Mungkin kalau kita ngga di ranah Islam kita bisa tutup mata ya, tapi udahlah aneh ya aneh aja.
  34. Dalam Islam juga ini ada ya, bahwa menikah itu untuk saling menerima kekurangan masing-masing dan mengalah pada ego. Dan bahwa kelebihan yang kita punya bukan dipake buat bahan menuntut. Selama ngga ada kriminal, kekerasan, perjudian dll pernikahan itu sehat harusnya.
  35. Udah pasti bener ketika orang punya kelebihan pasti ada kekurangannya juga. Jadi ketika orang misal melihat kita begini, padahal kita juga begitu. Asal begitunya itu jangan ternyata kita pelaku kriminal atau menyimpang atau yang Allah ngga suka aja. Tentu sulit ya, karena kita juga bukan orang suci, tapi yah jangan bejat deh.
  36. Kita bagus sih kalau mau sharing soal kerja sejak muda, tapi sabaran dikit ya. Walau ngga selalu beririsan lama pengalaman dan kualitas. Tapi intinya jangan berlebihan. Dulu awal sharing kalau ngga salah karena ada yang butuh mentor offline urgent dan harus bikin materi buat besoknya, alhasil saya begadang sampai jam 3 (saat itu usia 33). Udah gitu hasilnya dipinjam sama mentor lain karena mentor lain ngga siap buatt di hari lain (ini dibayar mentoringnya), walau namanya katanya tetep dipake. Ya gpp sih, asal kita baik aja sama orang-orang dan tidak sombong, bukan maksudnya orang tsb jadi sombong, tapi ya intinya tetaplah good attitude.
  37. Kalau minta tolong soal office politic atau konflik, jangan ke yang satu ras dengan yang ngepolitikin kita apalagi jika beda kota walaupun tidak ada masalah dengan yang jadi tempat lapor awalnya. Kerja di big tech ngga cuma kerja kecuali beruntung. Tapi juga kerja sambil perang lindungi diri. Apalagi kalau kita ada bedanya. Even jika itu cuma usia dan pengalaman. Yang pas kerja remote itu ketika saya lapor, mereka beda ras, it works! Tentu ngga semua rasis ya, saya berterima kasih banget sama orang-orang yang mau menghargai walau beda ras.
  38. Hal-hal yang tak terduga secara positif yang kita alami selain karena takdir-Nya biasanya kita juga ditakdirkan untuk ngepush diri sebelumnya atau bahkan disakiti orang dulu. Tentu setelah kita pertimbangkan prioritas ketika ngepush itu.
  39. Jika kita disakiti orang walau itu sifatnya online, ngga akan lama balasannya, atau pasti dibalas, karena itu memang janji Allah. Tapi biasanya yang menyakiti itu sudah sifat, jadi belum tentu langsung sadar dan taubat juga. Jadi buat seru-seruan aja jadinya ketika kita lihat. Either mereka dapat kesulitan dan atau plus kita diangkat secara pas.
  40. Dikenal itu ngga enak koq, walaupun saya ngga ngerasain langsung yang beneran dikenal itu gimana. Jadi batasi aja sebisa mungkin biar tetap terbatas. Usia segini ngga ada keinginan untuk “Halo, halo here I am”, jadi geli kalau liat yang gitu, tapi di sisi lain maklum kalau masih muda. Tapi sharing itu worth, niatkan untuk bantu ajalah. Bingung sih suka sharing tapi ngga mau ‘Halo-halo..’ mesti gimana coba. Paling batasi seperlunya.

--

--

Windyasari Septriani

Product & Web Designer, mother of 2, Prev Depict.ai, mainteny.com, Bukalapak - ig @infodkv & tanyajawab_ux