5 Alasan kenapa saya memilih kerja di Early-Stage startup

Kenapa ngga jadi PNS aja gitu maksudnya? 😆💼

Windyasari Septriani
5 min readApr 23, 2022

--

Walau early-stage idealnya tetap ada product roadmap supaya jelas

Note bahwa ini bukan mutlak sifatnya karena kita ngga tau kesempatan apa yang ada dan lebih baik ke depannya, tapi kadang ada momen tertentu kita benar-benar sedang memilih.

Sebetulnya memang hal ini ngga perlu ditanyakan banget sih, apalagi untuk Product Designer. Dan kita tahu kan hampir ngga mungkin memilih jalur PNS yang kesempatannya cuma sedikit pilihannya, antara jadi guru desain di SMK atau jadi posisi…. ‘entah apa itu kerjaannya’, pokoknya saya pernah ngecek, terkait dokumentasi pariwisata. Di sisi lain umur juga tentu udah ngga masuk syarat, tapi tentu kalau PNS ini bukan jalur ideal dari kacamata profesi Product Designer. Dan kenapa bukan BUMN atau kementrian yang mulai memperkerjakan tech talent? sebenarnya itu bebas saja tentu, namun saya pribadi merasa tidak harus sih kalau posisinya Product Designer, karena bukan pegawai tetap juga setau saya, dan ngga ada kontak apapun atau melamar apapun untuk hal-hal yang berbau Indonesia, belum lagi. Bukan ngga mau, tapi belum match aja lagi. Beberapa message yang hinggap untuk apply ada memang, baik dari big tech atau startup lokal baik yang secara personal maupun dari para HR, baik di Linkedin maupun ke email.

Product Designer atau apapun itu istilahnya, baik itu UX Designer, UI/UX Designer…memang lagi marak banyak dibutuhkan dan juga banyak peminatnya, terutama sejak kemunculan era smartphone, otomatis jadi semakin banyak product-product digital apps bermunculan dan bahkan juga otomatis jadi makin banyak muncul product-product app selain untuk smartphone, seperti web app, smart TV, wearable apps saking menjadi serba digitalnya dunia sekarang. Bahkan aplikasi yang banyak dipake buat joget-joget pun kini menjadi penting dari segi bisnis. Apalagi dari segi sistem bisnis digital ini semakin marak karena pebisnis/founders startup bisa menjalankan bisnisnya walau belum ada modal, dengan menjual ide briliannya pada para pemilik modal/investors. Berbeda dengan konsep bisnis dagang yaa. Walau ada juga yang pake modal sendiri (bootstrap). Jadi semakin banyak peluang bisnis dan kerja bagi Designer, ngga kaya dulu.

Sebagai salah satu peluang bagi Product Designer yang cukup menantang dan impact lebih cepat terasa

Jadi kalau kenapa saya join Early-Stage startup ya memang ini salah satu alternatif peluang yang cukup menantang bagi Product Designer selain bekerja di big tech tentunya. Kalau big tech kan dia sudah besar ya baik jumlah usernya maupun dari segi bisnis dan juga modalnya yang awalnya juga dulu berupa startup kecil.

Saya pernah bekerja di keduanya. Walaupun early-stage startup ini memang macem-macem sih, ada yang kaya masih asal-asalan, ada yang udah niat, ada yang masih meraba-raba mesti gimana workflownya, ada yang udah mulai menjalani rutin ini itu secara weekly agar workflow lebih terpantau progressnya ala-ala big tech dll. Itu tergantung foundernya juga, karakternya gimana, latar belakangnya gimana, niat awal mendirikan startup nya gimana. Karena kesannya semua orang bisa jadi founder startup secara teknis minimal sampai bisa mendirikan, tapi ngga semua orang bisa jadi founder yang jelas dan visioner ketika bikin startup.

Di sisi lain ini tidak terkait seberapa lama bertahan sih, karena gagal dalam bisnis itu kan biasa, namun setidaknya minimal alur kerja, goals dan backup dapetin modalnya serta visi misi-nya gimana itu jelas. Kita sebagai pekerja bisa rasain sih. Do we hate him/her? hate di sini ngga melulu soal benci secara harfiah, tapi bisa jadi ngga suka aja dengan fakta-fakta yang ada selama bekerja. Biasanya sih kalau memang udah ada investor yang jelas, maka mau ngga mau menandakan emang productnya dan foundernya ngga asal.

Di negara luar sering terjadi kerja dari big tech to early-stage startup (11 karyawan di Readwise, designer 1 orang). Tapi yakin sih gajinya ngga turun. Walaupun mungkin agak berkorban di benefit, tapi jadinya maksimalin di gaji.

Jadi kerja di early-stage startup itu fokus di solve new problem dengan impact yang lebih cepat terasa. Lalu use our skill and experiences, struggling dan duid hehe, not really about fancy personal branding berarti ya, tapi yang penting duidnya gimana kalau saya sih, bukan branding…dan kalau bisa yang jelas gitu backgroundnya. Biar kita juga cukup semangat dan optimis walaupun ke depannya hanya Allah yang tahu nasib-nasib startup ini hehe…

Doing things right in a small company is the imperative because the impact of your daily decisions and daily work is huge.

-ANTE BARIŠIĆ, Ex Product Manager Infinium, now Toptal Freelancer

Ngga terlalu ribet dengan office politik

Ini jelas ya karena lingkupnya kecil, mau politik buat apa kan? naik jabatan aja kayanya ngga banyak slot-slot nyalipnya. Ngga banyak juga peluang untuk menjatuhkan orang dan kalaupun ada konflik memang murni konflik bukan karena mau menjatuhkan karena sempit lingkup jabatannya. Sedangkan kalaupun misal termasuk minim politik di startup besar tertentu, ya bisa jadi 3 dari 10 korbannya kita -_-’

One thing that I don’t miss at all is politics. I never understood why people working in large groups start to work against each other and focus on politics instead of their actual assignments.

-ANTE BARIŠIĆ

More autonomy, less bureaucracy

Ini ngga merata sih. Seperti pekerjaan saya sebelumnya di MindLife, sebagai team kecil memang birokrasi jadinya mau ngga mau hampir ngga ada, cuma penghargaan ke desain lebih rendah daripada di Mainteny, ya lagian bukan startup sih, ngga ada goals yang urgent, belum lagi dari segi posisi. Jadi tergantung juga.

Tapi contoh mudahnya gini sih, kalau dibanding big tech, waktu saya kerja di product B2B juga, kan B2B itu lebih ke bisnis ya usernya, perusahaan. Maka ngga cocok pake kata ‘Kamu’ untuk usernya, harusnya ‘Anda’, jangan disamain dengan user non B2B. Untuk nyaranin itu aja harus ada guiedeline dulu ke team UX Research (belum ada UX writer saat itu), sehingga membuat team Research enggan dan ragu konfirmasi ke atas-atasnya karena sepertinya akan panjang lagi, (dan di sisi lain pula saat itu-awal-awal saya masuk- para designer -bisa-bisanya- hanya bertanggung jawab atas UI dan ngga ada juga posisi UX Designer, jadi urusan ginian dihandle Researcher yang berkuasa, jadi formasi designer kaya dibuat mirip sama kesukaan leader desainnya -which UI heavy-, padahal leader yang baik membentuk team yang seimbang bukan yang mirip atau di bawah kita dari segala sisi). Tau-tau sekarang sudah diubah jadi ‘Anda’, ya mungkin karena udah ada UX Writer juga dan telah dilakukan UX Audit.

Mulai dari awal

Namanya juga Early-stage, ya menurutku menarik dan menantang untuk mendesain product from scratch walaupun akan ada pros and cons, seperti budget alokasi dan design maturity level yang belum maksimal. Tapi saya jadi bisa lebih fokus ke benahi product dengan lebih leluasa, apalagi saya ada kesempatan jadi lead design tanpa harus jalur politik dan dengan begitu saya jadi bisa lebih fokus ke perkembangan product, bukan gimana caranya biar naik jabatan atau bertahan dari persaingan dengan yang lainnya (kalau big tech kan banyak designernya berarti).

Menjadi Founding team

Walaupun ini bukan alasan utama, tapi memang ada keuntungan sendiri jadi termasuk Founding Team (member team awal-awal startup berdiri), yaitu salah satunya dapet stock option, walaupun saya masih figuring out gimana-gimananya, belum biasa. Ini biasanya terjadi untuk startup yang ada investornya. Dan juga kalau ada investornya mungkin kita sibuk, tapi sibuknya cukup terstruktur, karena minimal si founder diberi dana dan pelatihan juga, dan saya pikir mereka juga dikasih advice tentang gimana cara hiring designer dan posisi lainnya. Karena di sini sih proses hiring yang paling niat untuk ukuran early-stage startup selama saya punya pengalaman kerja di startup baru.

Oh, btw we’re hiring Product Designer.

--

--