11 Hikmah dari musim Lay Off

Terutama di tech

Windyasari Septriani
4 min readSep 30, 2024

Dalam keyakinanku apapun yang terjadi, kita diajarkan untuk meyakini bahwa pasti ada hikmahnya bahkan kita diharuskan untuk mencari hikmahnya di setiap kejadian. Saya sendiri selama 19 bulan tidak bekerja ke perusahaan/tim orang lain hingga akhirnya bekerja lagi Juli 2024. Walaupun saya tidak terlalu melabeli diri dengan ‘tidak bekerja’ ya karena tentu sebagai ibu mana bisa diberi label ‘tidak bekerja’, plus cukup banyak yang saya lakukan selama 19 bulan itu termasuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk lain di bidang yang sama. Ya alhamdulillah masih dimudahkan. Tapi ini bukan akan membahas pribadi, kegiatan dll. Melainkan soal ‘hikmah positif’ dari musim lay off.

https://www.instagram.com/p/CWLEzd8hOj5/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==

Berikut yang saya rasain dan lihat hikmah di balik lay off terutama di industri tech:

  1. Diharapkan orang-orang terhindar dari sombong
  2. Diharapkan orang-orang mikir ‘1000x’ kali dulu sebelum sombong
  3. Kalaupun tabiatnya udah sombong dan masih suka pamer harta namun minimal soal kerjaan udah ngga bisa terlalu yakin show off-nya. Dari sisi pebisnis pun sama, jika dia harus ngelay-off walau terkesan lebih ‘aman’ buat dirinya … atau misal ada resiko penurunan profit dll.
  4. Bisa jadi momen pelajaran dari Allah sebagai bahan pelajaran untuk yang sombong atau jika pernah mendzalimi dan sebaliknya jadi momen ujian dan ladang pahala bagi yang beriman. Karena kalau manusia tidak sombong dan paham konsep takdir, ketika terjadi pun dia tidak merasa dijahati oleh keadaan toh. Lain jika yang selama ini menggebu-gebu dan suka merendahkan orang, pasti terpukul nya penuh dengan kekecewaan dengan keadaan ini. Walau tidak bisa dipukul rata, tapi tetap beda 2 karakter manusia tsb. Maka penting untuk memahami konsep takdirNya dan kekuatanNya.
  5. Pelajaran bagi yang sombong atau pernah sombong terutama terkait profesi. Sombong artinya merendahkan orang lain. Terutama bagi yang pernah menjatuhkan orang lain. *memang sengaja kata ‘sombong diulang berkali-kali btw
  6. Ada waktu buat belajar skill baru atau membiasakan skill lain yang sempat terbengkalai. Tentu butuh waktu dan ketenangan dulu untuk bisa dan mau melakukan ini di saat kondisi lay off.
  7. Ada potensi lini skill baru atau kesempatan lain yang selama ini tidak dijalani walaupun tidak selalu ada dan tidak selalu lebih kita sukai dari pekerjaan kita sebelumnya, tapi biasanya ada aja dan not bad juga bahkan bisa jadi worth it. Sayapun masih jalani sesempatnya kegiatan sebelum kerja sama orang.
  8. Lebih bijak dan hati-hati dalam mengomentari orang lain yang NGGA salah (kembali ke poin sombong di atas). Kalau lay off nya zaman covid which was masih sector tertentu aja yang kena -itupun mungkin ngga semua-, saya pernah lihat saat itu masih ada komen-komen aneh nyeleneh yang meremehkan yang kena layoff walau bentuknya jokes, tapi kalau kita waras pasti tahu itu red flag. Kalau sekarang lay off nya lebih buas, ngga liat industri, ngga liat posisi.
  9. Benar-benar merepresentasikan hakikat DUNIA. Yaitu sifatnya ngga abadi hanya saja dalam bentuk kerjaan. Siapapun kita.
  10. Lebih bersyukur bagi yang sudah dapat pekerjaan tanpa harus sombong. Dan tantangan serta peluang pahala sebagai manusia dan hambaNya untuk tetap bersyukur saat masih kena layoff pun. Hingga akhirnya dikasih beneran nantinya sebagai jalan rezekinya. Jelas bahwa Allah yang atur semua, membolak-balikan kondisi industri walau musimnya lagi bareng-bareng kena.
  11. Makin lama kita makin ‘dipaksa’ paham bahwa ngga selalu yang dapet kerja apalagi zaman lay off ini karena dirinya jenius. Walau tentu tetap diwajibkan ikhtiar, makin berusaha makin bagus (disesuaikan dengan sikon tentunya namun bukan berarti boleh malas), tapi keputusan tetap di tangan Allah. Dan saat musim lay off ini, benar-benar sulit diukur kemampuan dan kualitas orang. Jadi sulit bagi orang-orang ketika mau meremehkan orang lainnya. Namun jika ada saran dan tips yang berguna tetap diperlukan tanpa harus jadi sombong. Jadi bagi yang pernah diremehkan, jelas situasi saat ini seperti berkata dengan keras “YOU ARE NOT ALONE NOW”. Apakah hampir semua remeh sekarang? ngga mungkin kan. So bijaklah dalam menilai orang. Ada atau tidak ada lay off. Kebayang ngga kalau tidak musim layoff lalu hanya perusahaan tempat kerja kita yang lakukan efisiensi dan kita kena lalu ada yang meremehkan juga kebetulan. Yah sudahlah judging nya empuk. Terlepas dari lay off ini trend juga, tapi seharusnya tidak seperti itu judge orang PHK atau siapapun di dunia ini dari segi kompetensi.

Sebelum musim lay off, seolah orang-orang bisa menilai lay off dari segi kompetensi atau kesanggupan perusahaan. Sekarang atas kehendak Allah, ngga sesimpel itu. Dan bisa jadi dari dulu juga ngga sesimpel itu, hanya saja manusia senang nge-judge. Walaupun ada perusahaan yang serta merta seenaknya klaim karyawan yang di-layoff nya berdasarkan performa, tapi itu sudah dibantah banyak orang dan dianggap tidak empati, terlebih di musim layoff ini. Berikut link dari salah satu bentuk tidak setuju atas sikap perusahaan Intuit dari sekian banyak yang juga tidak setuju dan menyayangkan hal tsb.

Dulu manusia judge PHK itu sudah pasti selalu karena perusahaan bangkrut, kere atau karyawan ngga mumpuni (terlepas dari hal tsb pun memang ada, bahkan ada saja yang memang sengaja dijatuhkan, tapi fokusnya tetep aja pada senang ke judging).

Dulu pun terlepas dari perihal layoff ini, orang masih belum paham bully.

Dulu orang juga masih belum paham soal pelecehan terutama yang sekadar verbal dan atau online.

Qodarulloh, di era digital ini semua diperjelas.

Jika paham aturanNya semua juga udah ada.

--

--

Windyasari Septriani

Product & Web Designer, mother of 2, Prev Depict.ai, mainteny.com, Bukalapak - ig @infodkv & tanyajawab_ux